Senin, 30 Mei 2011

Slamet Iman Santoso (1907-2004) Bapak Psikologi Indonesia


Profesor emeritus Fakultas Psikologi UI yang meninggal dalam usia 97 tahun, Selasa 9 November 2004 dini hari pukul 00.30, ini tidak saja perintis dan pendiri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tetapi juga perintis studi psikologi di Indonesia. Patutlah dia digelari Bapak Psikologi Indonesia. Psikiater kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 7 September 1907, ini juga ikut mendirikan beberapa universitas.

Pria yang senang berpakaian putih-putih ini dikenal jujur, jernih, tegas dan konsisten. Prinsip hidupnya tak pernah berubah sampai akhir hayatnya. Penerima Bintang Mahaputra Utama III (1973) ini, menurut puteranya Dr Oerip Setiono, meninggal setelah tiga tahun terakhir terbaring di rumah kediamannya, Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di TPU Menteng Pulo setelah sebelumnya disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.

Dia meninggalkan tujuh anak, 13 cucu dan delapan buyut. Isterinya, Suprapti Sutejo, sudah terlebih dahulu meninggal pada November 1983. Penerima penghargaan sebagai Tokoh Pendidikan Nasional dari IKIP Jakarta (UNJ) pada tahun 1978, ini selain sebagai perintis dan pendiri Fakultas Psikologi UI juga ikut mendirikan Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin.


Motivasi mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa Gloegoer, Medan (1937-1938), ini merintis dan mendirikan fakultas psikologi, karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh psikiater. Dalam bidang profesi kedokteran, dia menerima penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 1989. Sebagai seorang ahli psikologi, tahun 1961, dia memimpin sekitar lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI, mengunjungi penduduk yang terkena gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke daerah Tebet dan Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu. Kunjungan ini, menjadi awal pogram mahasiswa turun ke lapangan (masyarakat).

Bidang studi psikologi pun makin menarik perhatian banyak orang. Masa-masa psikologi mengalami kesulitan (saat psikologi hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI), seperti sudah terlupakan. Saat itu, kata Slamet dalam pidato ketika menerima penghargaan bintang jasa Mahaputra Utama III (1973), dia merasa ibarat seorang yang sedang berdiri seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk melintasinya sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang baru ini.


Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang juga murid dan sempat menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa, mengenang Slamet sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki wawasan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat mengaktualisasikan dirinya.Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh pendidikan yang berani.

Dia adalah orang pertama mengusulkan perlunya satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang dia lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis.Dia juga mempunyai andil besar dalam merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.


Ketika itu (1979-1980), Slamet menjadi Ketua Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Saat itu terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800 mahasiswa tapi jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang diketuainya dibentuklah satu sistempenerimaan calon mahasiswa yang sejak 1979 sudah berlangsung dengan nama yang sekian kali berubah mulai dari Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru (Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pria yang dikenal terus terang dan sempat menjadi Penjabat Rektor UI, ini meskipun sudah mengakhiri jabatan sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem Pendidikan, 1980, ia masih sempat mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada tahun 1981.

Sudah sangat banyak tokoh pendidikan bekas murid Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia (1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di antaranya, Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat menghormati dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab dan suka menularkan pengalaman. Salah satu ucapannya dalam acara peringatan 100 tahun Albert Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri orang pandai, hal yang ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal sederhana.

” Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973), ini juga penulis terkemuka. Dia sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis buku. Di antara bukunya yang terkenal adalah Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social Background For Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat; Kesejahteraan Jiwa; School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber Penyakit atau Sumber Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas Atas Dasar Teknik dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan Indonesia dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta, 1987.


Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, dia memasang iklan menutup praktek untuk selamanya, 1 Januari 1979. Dia menyadari dirinya sudah tua. Dia pun mengaku sudah capek. Lahir TerbungkusPemberian namanya, Slamet Iman santoso, terkait dengan proses kelahirannya. Dia dilahirkan dalam keadaan terbungkus ari-ari. Ketika itu, semua penduduk desa heran dan membicarakannya. Dia dianggap sebagai bayi ajaib. Dipercaya bayi yang lahir terbungkus ari-ari itu kelak akan mempunyai kelebihan. Sangat jarang kelahiran bayi terbungkus.Saat bayi terbungkus itu lahir, orang-orang yang melihatnya heran dan bertanya: “Mana bayinya, mana bayinya?” Untunglah tidak semua penduduk desa panic terheran-heran.

Seorang tetangga, Nyonya Tambi, isteri seorang petani Indo, membantu membukakan bungkus ari-ari yang membungkusnya. Bayi itupun menangis dan lahir dengan selamat. Maka kata selamat (menjadi Slamet) dijadikan nama jabang bayi yang baru lahir itu. Dia memang terlahir dari keluarga berpendidikan pada zamannya. Ayahnya seorang Asisten Wedana Banjaran. Di bawah pengasuhan ayahnya, Slamet menikmati masa kecilnya dengan penanaman nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong. Dia pun berulangkali, kepada banyak orang, mengisahkan berbagai pengalaman masa kecil yang yang amat berkesan baginya. Salah satu pengalaman itu adalah ketika di suatu saat dia dan anak lain sedang sibuk mencari ucen-ucen, buah tanaman liar yang sangat manis dan biru warnanya.

Eh, tiba-tiba Slamet terpeleset, hampir masuk selokan irigasi. Namun dia beruntung, karena anjing Pak Lurah melompat antara Slamet dan tebing selokan tadi, sehingga dia tertolong. Dia dan kawan-kawanya menceriterakan peristiwa itu kepada Ayah-Ibu Slamet. Sang Ayah dengan spontan mengharuskannya memberi makan si Macan (nama anjing tadi Pak Lurah) itu. Masa kecil dan remaja anak sulung dari dua bersaudara ini sangat bahagia. Ia ikut kakeknya di Magelang, Jawa Tengah.

Saking nakalnya, dia dijuluki teman-temannya ‘setan alas’. ”Saya senang main ketapel, berburu anjing dan burung,” katanya, sebagaimana dikutip dalam Buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986. Bahkan mengaku sekali-kali mengganggu orang. Namun masa kecil dan remajanya diisi dengan mengecap pendidikan pada jaman kolonial Belanda di Magelang, mulai dari Europeesche Lagere School (ELS), Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta (1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts, Batavia Sentrum (1932-1934).

Dia pun terkesan sangat mengagungkan pendidikan masa kolonial Belanda itu. Walaupun dia menyadari kondisi pendidikan ketika itu sangat berbeda disbanding setelah Indonesia merdeka. Dia mengenang, pada zamannya bersekolah dulu, sangat diasakan betapa guru sangat begitu memperhatikan murid dan bersatu dengan orang tua murid. Hal yang sudah jarang terjadi saat ini. Masuknya Jepang, menurutnya, memberi andil atas awut-awutannya pendidikan di negeri ini.

Terasa sekali suasana pendidikan zaman Belanda yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang lenyap, diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai awut-awutan. Ironisnya, kondisi ini terus berlangsung sampai sekarang. Dia memberi beberapa bukti. Di antaranya, sekarang ada guru yang mengasih tahu bahan ujian yang akan diuji kepada murid.AbumawasProfesor emeritus Fakultas Psikologi UI ini juga dikenal sebagi tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh. Dia sendiri mengibaratkan diri sebagai Abunawas. Karena, menurutnya, Abunawas itu tokoh penuh akal. Jiwa Abunawas itu pun banyak menyemangati hidupnya.

Dalam buku, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, diceritakan sekali waktu dia melihat mobil seorang pejabat UI diparkir salah dengan posisi miring di halaman kampus UI. Ia mengambil kertas dan menulisnya dengan spidol: “Barangsiapa yang parkir mobil miring, otaknya juga miring”. Ketika Bung Karno menanyakan pendapatnya mengenai semboyan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, Slamet dengan tenang menjawab “Nggak, malah saya gantungkan di cantelan baju. Kalau usang kan bisa diganti.

”Suatu ketika, dia menyatakan terheran-heran karena ada orang yang dipinjami buku, mengembalikan buku itu dengan utuh. “Baru sekarang saya temukan orang yang saya pinjami buku mengembalikannya dengan utuh,” katanya. Dia bilang, hanya orang bodoh yang meminjamkan buku kepada orang lain, dan orang yang mengembalikan buku pinjaman pun adalah orang gila.Hidupnya yang selalu ceria diwarnai canda memberi andil besar atas usianya yang lanjut (97 tahun). Padahal dia tak senang olah raga, termasuk olah raga pagi. Becanda, dia bilang: ”Pagi-pagi itu ‘kan hawanya segar. Kok dipakai buat berkeringat, lebih baik dipakai untuk tidur.” .
. Read More..

Minggu, 29 Mei 2011

Psikologi Eksperimen


Psikologi adalah ilmu yang memplejari tentang psikis seseorang. Psikis adalah keadaan jiwa yang bisa di pelajari melalui proses berfikir (kognisi ), emosi (afeksi ) dan perilaku ( konasi )

eksperimen adalah salah satu metode dalam ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan sementara / hipotesis secara ilmiah. Perbedaan metode penelitian eksperimen dengan metode lain adalah adanya perlakuan atau manipulasi terhadap subjek penelitian

Psikologi eksperimen : salah satu cabang dari ilmu psikologi yang menitikberatkan pada penggunaan metode penelitian eksperimen dalam meneliti dan mengembangkan ilmu psikologi.

Metode penelitian adalah prosesp, prinsip dan prosedur yang di gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Ciri ciri penelitian eksperimen : peneliti mengubah kondisi kondisi tertentu memnurut rencana yang di tentukan, adanya variabel bebas dan tergantung, adanya kesetaraan kelompok sebelum dan sesudah di berikan perlakuan, adanya kendali penuh pada peneliti untuk memberi perlakuan sehingga memenuhi syarat validitas dan realibilitas penelitian, adanya prosedur randomisasi atas subjek dan kelompok untuk menjamin kesempatan yang sama bagi semua anggota populasi.

Etika penelitian eksperimen : kebebasan bagi publik untuk dapat mengakses data hasil penelitian, menjaga kerahasiaan dan privasi subjek penelitian, mengirimkan hasil penelitian kepada subjek penelitian, memberikan hal subjek dan meminta persetjuan terlebih dahulu, memberitahukan secara jujur tentang prosedur yang telah di lakukan, memberikan terapi atau bantuan kepada subjek yang mengalami akibat negatif baik secara fisik atau psikis dari penelitian, sampai kembali sehat seperti keadaan semuula sebelum penelitian, penelitian yang melibatkan binatang harus memperhatikan akibat negatif yang mungkin dialami binatang.

validitas penelitian

validitas internal. Berhubungan dengan efek yang ditimbulkan oleh perlakuan, menunjukkan sejauh mana perubahan yang diamati dalam suatu eksperimen benar terjadi karena variabel x.. Efek perlakuan dikatakan valid jika secara meyakinkan timbul atau terjadi hanya dikarenakan variabel perlakuan yang diberikan oleh eksperimeter. gangguan validitas : sejarah, kematangan subjek, pengujian, instrumentasi, regeresi statistik, bias dalam seleksi , dropout.

Validitas eksternal. Berhubungan dengan tingakat generalisasi, penerapan, aplikasi hasil eksp pada suatu populasi, menunjukan sejauh mana hasil suatu penelitian eksperimen dapat digenaralisasikan pada populasi. Suatu hasil penelitian eksperimen dikatakan valid bila hasil penelitian mempunyai generalisasi yang luas pada populasi dan dapat diaplikasikan dalam kejadian di masyarakat.
Macamnya validitas eksternal : validitas populasi, ekologi.
Faktor yang mengganggu validitas eksternal : interaksi seleksi dengan perlakuan.Interaksi kondisi dengan perlakuan. Interaksi history dengan perlakuan

Laporan penelitian

1. Judul

2. latar belakang maslah

3. tujuan penelitian

4. manfaat penelitian

5. kerangka berfikir

6. hipotesis

7. variable penelitian

8 definisi operasional

9. subjek penelitian

10. alat ukur

11. perlakuan / maniplasi

12. rancangan atau design eksp

13. hasil penelitian

14. analisis data

15. pembahasan

16. kesimpulandan saran
. Read More..

Kode Etik Psikologi


MUKADIMAH

Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya hak-hak asasi manusia. Dalam kegiatannya, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia mengabdikan dirinya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku manusia dalam bentuk pemahaman bagi dirinya dan pihak lain serta memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan tersebut bagi kesejahteraan manusia.

Kesadaran diri tersebut merupakan dasar bagi Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia untuk selalu berupaya melindungi kesejahteraan mereka yang meminta jasa/praktik beserta semua pihak yang terkait dalam jasa/praktik tersebut atau pihak yang menjadi obyek studinya. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki hanya digunakan untuk tujuan yang taat asas berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945 serta nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya dan mencegah penyalahgunaannya oleh pihak lain.

Tuntutan kebebasan menyelidiki dan berkomunikasi dalam melaksanakan kegiatannya di bidang penelitian, pengajaran, pelatihan, jasa/praktik konsultasi dan publikasi dipahami oleh Ilmuwan Psikologi dan Psikolog dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi dan obyektivitas dalam menerapkan kemampuan profesional terikat dan sangat memperhatikan pemakai jasa, rekan sejawat, dan masyarakat pada umumnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA sebagai perangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan selaku Ilmuwan Psikologi dan Psikolog di Indonesia.

BAB I

PEDOMAN UMUM

Pasal 1

PENGERTIAN

a) ILMUWAN PSIKOLOGI adalah para lulusan perguruan tinggi dan universitas di dalam maupun di luar negeri, yaitu mereka yang telah mengikuti pendidikan dengan kurikulum nasional (SK Mendikbud No. 18/D/O/1993) untuk pendidikan program akademik (Sarjana Psikologi); lulusan pendidikan tinggi strata 2 (S2) dan strata 3 (S3) dalam bidang psikologi, yang pendidikan strata (S1) diperoleh bukan dari fakultas psikologi. Ilmuwan Psikologi yang tergolong kriteria tersebut dinyatakan DAPAT MEMBERIKAN JASA PSIKOLOGI TETAPI TIDAK BERHAK DAN TIDAK BERWENANG UNTUK MELAKUKAN PRAKTIK PSIKOLOGI DI INDONESIA.

b) PSIKOLOG adalah Sarjana Psikologi yang telah mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni) Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau Sistem Kredit Semester (SKS) PTN; atau Kurikulum Nasional (SK Mendikbud No. 18/D/O/1993) yang meliputi pendidikan program akademik (Sarjana Psikologi) dan program pendidikan profesi (Psikolog); atau kurikulum lama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang sudah mengikuti ujian negara sarjana psikologi; atau pendidikan tinggi psikologi di luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dan disetarakan dengan psikolog Indonesia oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas RI). Sarjana Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan BERHAK DAN BERWENANG untuk melakukan PRAKTIK PSIKOLOGI di wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Sarjana Psikologi menurut kriteria ini juga dikenal dan disebut sebagai PSIKOLOG. Untuk melakukan praktik psikologi maka Sarjana Psikologi yang tergolong kriteria ini DIWAJIBKAN MEMILIKI IZIN PRAKTIK PSIKOLOGI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c) JASA PSIKOLOGI adalah jasa kepada perorangan atau kelompok/ organisasi/institusi yang diberikan oleh ilmuwan psikologi Indonesia sesuai kompetensi dan kewenangan keilmuan psikologi di bidang pengajaran, pendidikan, pelatihan, penelitian, penyuluhan masyarakat.

d) PRAKTIK PSIKOLOGI adalah kegiatan yang dilakukan oleh psikolog dalam memberikan jasa dan praktik kepada masyarakat dalam pemecahan masalah psikologis yang bersifat individual maupun kelompok dengan menerapkan prinsip psikodiagnostik. Termasuk dalam pengertian praktik psikologi tersebut adalah terapan prinsip psikologi yang berkaitan dengan melakukan kegiatan DIAGNOSIS, PROGNOSIS, KONSELING, dan PSIKOTERAPI.

e) PEMAKAI JASA PSIKOLOGI adalah perorangan, kelompok, lembaga atau organisasi/institusi yang menerima dan meminta jasa/praktik psikologi. Pemakai Jasa juga dikenal dengan sebutan KLIEN.

Pasal 2

TANGGUNG JAWAB

Dalam melaksanakan kegiatannya, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog mengutamakan kompetensi, obyektivitas, kejujuran, menjunjung tinggi integritas dan norma-norma keahlian serta menyadari konsekuensi tindakannya.

Pasal 3

BATAS KEILMUAN

Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menyadari sepenuhnya batas-batas ilmu psikologi dan keterbatasan keilmuannya.

Pasal 4

PERILAKU DAN CITRA PROFESI Read the rest of this entry »
Mungkin yang anda maksud ini :

kode etik psikologi
pelanggaran kode etik psikologi
kode etik psikologi 2010
kompetensi psikologi klinis
kode etik psikologi klinis
pelanggaran kode etik psikologi di indonesia
kasus kode etik psikologi
kasus kode etik psikologi di indonesia
Bentuk-bentuk pelanggaran kode etik dalam penelitian psikologi
penyimpangan kode etik psikologi
kasus pelanggaran kode etik psikologi
contoh kasus pelanggaran kode etik psikologi pasal 18
pelanggaran dalam psikologi klinis
kode etik psikologi indonesia 2010
contoh pelanggaran kode etik psikologi
kode etik psikologi pendidikan pelatihan
kasus pelanggaran kode etik psikologi bab 1 dan bab 2
kasus psikologi terkini di indonesia
pelanggaran kode etik psikologi klinis
Pelanggaran Kode Etik Psikologi Dalam Penelitian | Kuliah Dek
contoh kasus pelanggaran bab IV pasal 17 dalam kode etik psikoogi
KASUS PASAL 19 KODE ETIK PSIKOLOGI
kode etik di bidang psikologi klinis
kode etik psikologi dibidang industri
kesalahan kode etik dalam penelitian psikologi
kode etik psikologi makna dari pasal 3 majelis psikologi indonesia
kode etik psikologi mengatasi isu etika
kode etik dalam psikologi klinis
kode etik psikologi pasal 15
pelanggaran kode etik psikologi pasal 8
pelanggaran kode etik psikologi pada bidang pendidikan
psikolog melanggar kode etik
pelanggaran kode etik psikologi bidang pendidikan di indonesia
kodeetik psikologi pasal 12a
pelanggaran kode etik di bidang kesehatan
pelanggaran kode etik dalam psikoogi klinis
pelanggaran kode etik dalam penelitian
materi kode etik psikologi
masalah hak penggunaan alat tes psikologi untuk masyarakat
pelanggaran kode etik dalam psikologi
. Read More..

STATISTIKA


Statistik dibagi menjadi 2 macam :

Parametrik : untuk banyak subjek
Non parametric : untuk sedikit subjek

Statistik sebagai alat untuk menghitung, menganalisis data, mengubah data.

Beberapa teori tentang kuantitas subjek

Batas banyak dan sedikit adalah 12 orang
Batas banyak sedikit adalah 30 orang ( umum )
Batasnya 100 orang

Parametrik

Kurva normal, banyak dan sedikit jumlah sama.

Non parametric

Kurva tidak normal, tergantung kuantitas subjek

Populasi dan sample

Populasi : kumpulan subjek dalam 1 tempat ( bagian keseluruhan )

Sample : bagian dari populasi syarat -> populasi harus homogeny

Konsep sample dan populasi

Homogen : sample diambil sebagian kecil

Heterogen : sample tidak dapat diambil

S. Deskriptif : Statistik yang mengambil dari populasi

S. inferensial : dengan menghitung sample yang mewaikili populasi ( kesimpulan pada popuilasi )

Data
1. Ordinal
2. Nominal
3. Rasio
4. Interval

Data sederhana : diskip dan kontinyu

Diskrip : data dengan 2 pilihan / pasti , tidak bias dipecah pecah

Continue : data yang menggunakan penyerdehanaan ( contoh : umur, BB , dll )
Contoh : 1. Jumlaah IQ 110 /120/100 deskrip, 2. Jenis iq superior average continue

Teknik sampling

Teknik mengambil sample

Pendekatan random
Semua subjek punya peluang / hak yang sama jika memakai pendekatan ini harus memiliki kerangka subjek
Stratifikasi : bertingkat, sebagai cara untuk melihat suatu subjek tersebut homogen atau tidak
Proporsional : mengambil subjek dari segala stratifikasi , namun secara proporsional
Quota : mengambil berapa pun jumlah sample tanpa memperdulikan populasi, jumlah yang bias diterima dengan angka
Area : suatu tempat yang memiliki situasi berbeda
Cluster : penunjukan populasi yang relative kecil dan ada kesamaan
Pendekatan Non random
Semua subjek punya peluang yang tidak sama
Purposive : teknik yang memiliki tujuan dan spesifik
Insidental : tidak berpatokan pada apapun ( asal asalan )
Paling utama memakaii pendekatan random, kalau tidak nilai kesimpulan akan lebih rendah

Statistik inferensial :
Mengapa hipotesis. Hipotesis dibagi menjadi dua :
1. Ho ( null ) : menggambarkan bahwa tidak ada keywords, hipotesis tidak ada
2. Ha ( alternative ) : menggambarkan bahwa ada perbedaan dan ada hipotesis
Keywords : perbedaan, pengaruh, hubungan

Uji hubungan
Variabel x : bebas => secara tidak langsung adalah “penyebab”
Y => tergantung => secara tidak langsung adalah akibat

Locus control internal : cara individu melihat dirinya sendiri
Locus control eksternal : cara individu melihat dari luar dirinya Read the rest of this entry »
Mungkin yang anda maksud ini :

statistika psikologi
statistik psikologi
contoh populasi dan sampel statistika
contoh sampel statistika
Cara menghitung korelasi person
statisik psikologi
apa pengertian statistik dan sample
psikologi statistik
statiska psikologi
statistik inferensial random dan non random
Rumus T-tes
rumus statistik non parametric
rumus sample populasi
statistik contoh populasi dan sampel
rumus korelasi person
perbedaan statistik deskriptif dan statistik inferensial
contoh hipotesis statistik
contoh makalah stratifikasi
contoh sampling statistik dan non statistik
contoh sempel statistik
contoh-contoh data populasi dan sampel
hipotesis deskriptif statistik psikologi
hipotesis statistika
pengertian statistik parametric
statistika untuk psikologi
. Read More..

BUKU TAMU

silahkan tulis pesan atau komentar anda pada form yg telah saya sediakan di bawah ini.... . Read More..

Mengenal Daniel Goleman


Daniel Goleman adalah seorang tokoh psikolog kontemporer yang namanya melejit lewat karya monumentalnya “Emotional Intelligence”. Daniel Goleman dilahirkan di Stockton California dan saat ini tinggal di Berkshires Massachusetts bersama istrinya, Tara Bennet, serta kedua anaknya Fay Goleman dan Irving Goleman.
Latar Belakang Pendidikan Daniel Goleman

Daniel Goleman menyelesaikan pendidikan strata satunya (graduate education) di Harvard University dan mendapat beasiswa dengan predikat Magna Cumlaude.
Adapun strata dua (MA) dan strata tiga (Ph.D) dalam bidang Psikologi Klinik dan Perkembangan Pribadi (Clinical Psychology dan Personality Development) diraih di Universitas Harvard, dan saat ini Daniel Goleman menjadi dosen di almamaternya.

Selama dua belas tahun Daniel Goleman mempelajari tentang ilmu otak dan perilaku manusia. Hal ini dapat dilihat dari tulisan- tulisannya pada surat kabar The New York Times dan artikel-artikelnya yang dimuat di seluruh dunia.

Berkat tulisan-tulisan Daniel Goleman yang dimuat di surat kabar bergengsi dunia serta usahanya yang ulet menghantarkannya banyak menerima penghargaan jurnalistik, termasuk dua nominasi bagi the pulizer prize atas tulisannya di surat kabar tersebut dan career achievement award (penghargaan prestasi kerja) pada jurnalisme dari American Psycological Association (Asosiasi Psikologi Amerika).

Untuk menghargai usahanya dalam mengkomunikasikan ilmu-ilmu ke publik, Daniel Goleman dipilih sebagai anggota pada The American Association to the Advancement of Science (Asosiasi Amerika pada Peningkatan Ilmu atau Sains).
Kegigihan berkarier dalam bidang keilmuan menjadikan Daniel Goleman sebagai penasehat internasional dan menjadi dosen di berbagai pertemuan-pertemuan bisnis dunia dan kelompok-kelompok profesional di kampus-kampus ilmiah (perguruan tinggi).

Daniel Goleman juga menjadi pendiri Emotional Intelligence Services (pelayanan intelligensi emosional) serta pendiri Collaborative for Social and Emotional Learning (Kolaborasi Pelajaran Sosial dan Emosional) pada The Yale University Child and Studies Center sekarang menjadi The University Ilionis di Chicago yang bertujuan untuk memperkenalkan pelajaran-pelajaran literasi emosional di sekolah-sekolah dan salah satu tanda keberhasilan usahanya yaitu adanya ribuan sekolah di seluruh dunia mengimplementasikan program ini.

Pemikiran Daniel Goleman sebelumnya banyak dipengaruhi oleh David C Mc. Clelland (almarhum), beliau seorang profesor di Harvard University. Daniel Goleman sendiri mengakui dalam karyanya bahwa sebagian besar bukti yang menjadi dasar kesimpulan penelitiannya adalah dari penelitian beliau.

Daniel Goleman mengakui bahwa pandangan visioner profesornya tentang sikap dasar kecakapan dan upayanya yang gigih untuk mencari kebenaran telah lama menjadi inspirasi bagi dirinya. Daniel Goleman juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran riset Yoseph Ledoux, seorang ahli saraf di Center for Neural Science di New York University.

Hal tersebut terbukti dengan banyaknya pemikiran beliau dijadikan rujukan dan wawancara yang sedang dilakukan oleh Daniel Goleman. Daniel juga banyak bekerja sama dengan istrinya tercinta yang seorang psikoterapi dalam perjalanan intelektualnya.
Hasil Karya Daniel Goleman
a. Emotional Intelligence
b. Working With Emotional Intelligence
c. Vital Lies
d. Simple Truth The Medicative Mind
e. The Creative Spirit (penulis pendamping)
f. Primal Leadership
g. The Emotionally Intelligent Work Place
Di antara karya intelektualnya yaitu Emotional Intelligence dan Working With Emotional Intelligence merupakan karya monumental Dainel Goleman. Kedua buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Buku Daniel Goleman beredar dan tersebar luas di berbagai negara baik di negara barat maupun negara timur. Dan buku sensasionalnya yang berjudul Emotional Intelligence yang diterbitkan pada tahun 1995 merupakan salah satu buku “best seller” dan sudah diterjemahkan ke dalam tiga puluh bahasa, di Eropa, Asia, dan di Amerika terkopi lebih dari lima ribu kopian.


Goleman mengelompokkan emosi marah ke dalam 11 kelompok seperti yang terlihat berikut ini.
1.    Brutal
Brutal adalah dengan mengeluarkan kalimat marah terhadap lawan tutur yang ditandai dengan menyebut nama-nama binatang kepada lawan tutur.
(1)   Dasar monyet, tidak mau mengalah, selalu ingin menang sendiri....! (Goleman, 1995:62).
2.    Mengamuk
Mengamuk adalah kalimat dengan secara langsung menyerang lawan bicara tanpa memikirkan situasi, ditandai dengan ancaman-ancaman yang dilontarkan oleh penutur kepada lawan tutur.
(2)   Pergi, saya lempar kepalamu nanti...!(Goleman, 1995:62)
3.    Benci
Benci adalah perasaan sangat tidak suka kepeda orang yang dituju, ditandai dengan kalimat mencemooh lawan tutur.
(3)    Iiiiiichhh.......memalukan. kau belum tau siapa saya ..! (Goleman,1995:62).
4.    Marah besar
Marah besar adalah  perasaan tidak senang yang sangat memuncak yang diakibatkan karena panutur merasa terhina, ditandai dengan kalimat yang membawa-bawa orang tua dalam tuturan.
(4)   Emangnya punya Bapakmu, dasar anak kurang ajar kau...! (Goleman,1995:62).
5.    Jengkel
Jengkel adalah perasaan mendongkol karena lawan tutur tidak mengindahkan ucapan  penutur, ditandai dengan kalimat perintah dan larangan.
(5)   Lepaskan tangan saya, sakiiit....!(Goleman, 1995:62).
6.    Kesal hati
Kesal hati adalah perasaan kecewa dan jemu dengan sesuatu yang telah menyakitkan hati yang ditandai dengan kalimat pasrah.
(6)   Terserah mau bicara apa, tapi inilah saya. Saya tetap pada prinsip saya! (Goleman, 1995:63).
7.    Rasa pahit
Rasa pahit adalah suatu rasa yang membuat hati luka dan iba bercampur amarah yang ditandai dengan kalimat merendah.
(7)   Saya memang orang awam yang tidak tahu apa-apa, tetapi saya masih punya harga diri, tidak seperti kamu..!(Goleman, 1995:63).
8.    Berang
Berang adalah perasaan tidak terima dengan keadaan yang dihadapi. ditandai dengan kalimat yang menyatakan  ketidakpercayan penutur terhadap hal tersebut.
(8)   Tidak mungkin, pasti saya juaranya, karena saya anak yang paling hebat di lokal, tidak ada yang bisa menandingi kehebatan saya...!(Goleman 1995:63).
9.    Tersinggung 
Tersinggung adalah perasaan yang membuat hati gundah, tidak tenang  yang terjadi karena penutur menganggap lawan tutur sudah menyindir dan mengungkit-ungkit kehidupan pribadinya, ditandai dengan kalimat menyebut kekurangan lawan tutur yang dimaksud.
(9)   Dasar tolol, kerjanya cuma tukang sapu, gayanya seperti anak pejabat...!(Goleman, 1995:63).
10.     Bermusuhan
Bermusuhan adalah perasaan saling belawanan terhadap lawan tutur, kemudian kalimat yang dituturkan selalu membantah lawan tutur yang ditandai dengan kalimat menantang lawan tutur tersebut.
(10) Kamu mau dimana? saya tunggu nanti siang di kampus. ok...! (Goleman, 1995:63).

11.     Kebencian Patalogis
Kebencian patalogis adalah berkeinginan keras untuk membalas dendam, ditandai dengan kalimat  ingin membalas kelakuan lawan tutur dulu terhadap penutur.
(11) Liat saja, dia pasti merasakan apa yang saya rasain dulu..! (Goleman, 1995:63).
Berdasarkan jenis tersebut, maka akan diketahui makna secara umum yang terdapat dalam kalimat yang digunakan. Jadi untuk menentukan makna, terlebih dahulu pahami jenis kalimat yang digunakan, karena makna akan mengikuti jenis kalimat yang digunakan.

Read More..

PSIKOLOGI REMAJA


Goleman mengelompokkan jenis kalimat akan emosional marah ke dalam 11 kelompok seperti yang terlihat berikut ini:
        1.    Brutal
      Brutal adalah dengan mengeluarkan kalimat marah terhadap lawan tutur yang ditandai dengan menyebut nama-nama binatang kepada lawan tutur.
(1)   Dasar monyet, tidak penah mau mengalah, selalu ingin menang sendiri....! (Goleman, 1995:62).
2.      Mengamuk
Mengamuk adalah kalimat dengan secara langsung menyerang lawan bicara tanpa memikirkan situasi, ditandai dengan ancaman-ancaman yang dilontarkan leh penutur kepada lawan tutur.
(2)   Pergi dari rumahku, kalau tidak akan ku lempar kepalamu dengan batu ini...!(Goleman, 1995:62)
3.      Benci
Benci adalah perasaan sangat tidak suka kepeda orang yang dituju, ditandai dengan kalimat menyombongkan diri dan merendahkan lawan tutur yang dimaksud.
(3)    Iiiiiichhh.......bikin malu saja kamu.belum tau siapa aku ..! (Goleman,1995:62).
4.      Marah besar
Marah besar adalah  perasaan tidak senang yang sangat memuncak yang diakibatkan karena panutur merasa terhina, ditandai dengan kalimat yang membawa-bawa orang tua dalam tuturan.
(4)   Kepala Bapakmu, dasar anak kurang ajar kau...!
( Goleman,1995:62).
5.      Jengkel
Jengkel adalah perasaan mendongkol karena lawan tutur tidak mengindahkan ucapan  penutur, ditandai dengan kalimat perintah.
(5)   Lepaskan tanganku, sakiiit....!(Goleman, 1995:26).
6.      Kesal hati
Kesal hati adalah perasaan kecewa dan jemu dengan sesuatu yang telah menyakitkan hati yang ditandai dengan kalimat pasrah.
(6)   Terserah kamu mau bilang apa, tapi inilah aku. Aku tetap pada prinsipku titik..! (Goleman, 1995:26).
7.      Rasa pahit
Rasa pahit adalah suatu rasa yang membuat hati luka dan iba bercampur amarah yang ditandai dengan kalimat merendah.
(7)   Aku memang orang awam yang tidak tahu apa-apa, tapi aku masih punya harga diri, tidak seperti kamu..!(Goleman, 1995:62).
8.      Berang
Berang adalah perasaan tidak terima dengan keadaan yang dihadapi. ditandai dengan kalimat yang menyatakan  ketidakpercayan penutur terhadap hal tersebut.
(8)   Tidak mungkin, pasti aku yang mendapat juara satu, karna aku adalah anak yang paling hebat di lokal ini, dan tidak ada yang bisa menandingiku...!(Goleman 1995:62).
9.      Tersinggung 
Tersinggung adalah perasaan yang membuat hati gundah, tidak tenang  yang terjadi karena penutur menganggap lawan tutur sudah menyindir dan mengungkit-ungkit kehidupan pribadinya, ditandai dengan kalimat yang tentang kekurangan lawan tutur yang dimaksud.
(9)   Dasar tolol, pekerjaan cuma jadi tukang sapu, tapi gayanya seperti anak pejabat...!(Goleman, 1995:62).
10.  Bermusuhan
Bermusuhan adalah perasaan saling belawanan terhadap lawan tutur, kemudian kalimat yang dituturkan selalu membantah lawan tutur yang ditandai dengan kalimat menantang lawan tutur tersebut.
(10)     Kamu mau lawan aku dimana? Aku tunggu ntar siang di            kampus.ok...! (Goleman, 1995:62).
11.  Kebencian Patalogis
Kebencian patalogis adalah berkeinginan keras untuk membalas. Adanya dendam yang terpendam sejak lama, ditandai dengan kalimat  ingin membalas kelakuan lawan tutur dulu terhadap penutur.
(11)     Liat aja ntar, dia pasti ngrasain apa yang aku rasain dulu..!(Goleman, 1995:62).
Read More..